I.
Pengertian
American Association on Mental Deficiency (AAMD) membuat definisi retardasi mental yang kemudian direvisi
oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu penurunan fungsi intelektual secara
menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal
penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi
intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan.
Penurunan fungsi intelektual secara umum menurut definisi
Rick Heber diukur berdasarkan tes intelegensia standar paling sedikit satu
deviasi standar (1 SD) di bawah rata-rata. Periode perkembangan mental menurut definisi ini adalah
mulai dari lahir sampai umur 16 tahun.
Gangguan adaptasi sosial dalam definisi ini dihubungkan
dengan adanya penurunan fungsi intelektual. Menurut definisi ini tidak ada
kriteria bahwa retardasi mental tidak dapat diperbaiki seperti definisi
retardasi mental sebelumnya. Banyak pakar
menyatakan bahwa definisi ini terlalu liberal, karena dengan batasan tes
intelegensia di bawah satu deviasi standar (1 SD) terdapat hampir 16%
dari populasi dapat digolongkan sebagai retardasi mental.2 Pada tahun 1973
melalui Manual on Terminology and Classfication in Mental Retardation Grossman
merevisi definisi Heber tersebut. Menurut Grossman retardasi mental adalah
penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh secara bermakna dan secara
langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial, dan bermanifestasi selama masa
perkembangan. Menurut definisi ini penurunan fungsi intelektual yang bermakna
berarti pada pengukuran uji intelegensia berada pada dua deviasi standar di
bawah rata-rata. Berdasarkan kriteria ini ternyata kurang dari 3% populasi yang
dapat digolongkan sebagai retardasi mental. Periode perkembangan menurut
definisi ini adalah mulai dari lahir sampai umur 18 tahun. Gangguan adaptasi
sosial menurut definisi ini secara langsung disebabkan oleh penurunan fungsi
intelektual.
II.
Penyebab
Terjadinya retardasi mental tidak dapat dipisahkan dari
tumbuh kembang seorang anak. Seperti diketahui faktor penentu tumbuh kembang
seorang anak pada garis besarnya adalah faktor genetik/heredokonstitusional
yang menentukan sifat bawaan anak tersebut dan faktor lingkungan. Yang dimaksud
dengan lingkungan pada anak dalam konteks tumbuh kembang adalah suasana (milieu)
dimana anak tersebut berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai
penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang.
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang ini secara
garis besar dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu:
1.
Kebutuhan
fisis-biomedis (asuh)
1.
Pangan
(gizi, merupakan kebutuhan paling penting)
2.
Perawatan
kesehatan dasar (Imunisasi, ASI, penimbangan bayi secara teratur, pengobatan
sederhana, dan lain lain)
3.
Papan
(pemukiman yang layak)
4.
Higiene,
sanitasi
5.
Sandang
6.
Kesegaran
jasmani, rekreasi
2.
Kebutuhan
emosi/kasih sayang (asih).
Pada tahun- tahun pertama kehidupan hubungan yang erat,
mesra dan selaras antara ibu dan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin
suatu proses tumbuh kembang yang
selaras, baik fisis, mental maupun sosial.
3.
Kebutuhan
akan stimulasi mental (asah).
Merupakan cikal bakal proses pembelajaran (pendidikan dan
pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini membantu perkembangan mental
psikososial (kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas, kepribadian,
moral-etika dan sebagainya). Perkembangan ini pada usia balita disebut sebagai
perkembangan psikomotor. Kelainan/penyimpangan tumbuh kembang pada anak terjadi
akibat gangguan pada interaksi antara anak dan lingkungan tersebut, sehingga
kebutuhan dasar anak tidak terpenuhi. Keadaan ini dapat menyebabkan morbiditas
anak, bahkan dapat berakhir dengan kematian. Kalaupun kematian dapat diatasi,
sebagian besar anak yang telah berhasil tetap hidup ini mengalami akibat
menetap dari penyimpangan tersebut yang dikategorikan sebagai kecacatan,
termasuk retardasi mental. Jelaslah bahwa dalam aspek pencegahan terjadinya
retardasi mental praktek pengasuhan anak dan peran orangtua sangat penting.
Penyebab retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal,
perinatal dan postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih
dari 1000 macam penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak diantaranya
yang dapat dicegah. Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan
atas penyebab biologis dan psikososial.
Penyebab biologis
atau sering disebut retardasi mental tipe klinis mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai
sangat berat
2. Tampak sejak lahir atau usia dini
3. Secara fisis tampak berkelainan/aneh
4. Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal,
perinatal maupun postnatal
5. Tidak berhubungan dengan kelas sosial
Penyebab
psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Biasanya merupakan retardasi mental ringan
2. Diketahui pada usia sekolah
3. Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
4. Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental
(asah)
5. Ada hubungan dengan kelas sosial
Melihat struktur
masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah masih merupakan bagian yang
besar dari penduduk, dapat diperkirakan bahwa retardasi mental di Indonesia
yang terbanyak adalah tipe sosio-kultural.
Penyebab retardasi mental tipe klinis atau biologikal
dapat dibagi dalam:
1.
Penyebab pranatal
a.
Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme
asam amino yaitu Phenyl Keton Uria (PKU), Maple Syrup Urine Disease, gangguan
siklus urea, histidiemia, homosistinuria, Distrofia okulorenal Lowe,
hiperprolinemia, tirosinosis dan hiperlisinemia. Gangguan metabolisme lemak
yaitu degenerasi serebromakuler dan lekoensefalopati progresif. Gangguan
metabolisme karbohidrat yaitu galaktosemia dan glycogen storabe disease.
b.
Kelainan Kromosom
kelinan kromosom muncul dibawah 5
persen kehamilan, kebanyakan kehamilan yang memilki kelainan kromosom berakhri
dengan kasus keguguran hanya setenggah dari satu persen yang lahir memiliki
kelainan kromosom, dan akan meninggal segera setelah lahir. bayi yang bertahan,
kebanyakan akan memiliki kelainan down syndrome, atau trisomy 21. Manusia
normal memiliki 46 kromosom (23 pasang).
orang dengan kelainan down syndrome memiliki 47 kromosom (23 pasang + 1 kromosom pada kromosom ke 21).
orang dengan kelainan down syndrome memiliki 47 kromosom (23 pasang + 1 kromosom pada kromosom ke 21).
c.
Infeksi maternal selama kehamilan
yaitu infeksi TORCH dan Sifilis. Cytomegali
inclusion body disease merupakan penyakit infeksi virus yang paling sering
menyebabkan retardasi mental. Infeksi virus ringan atau subklinik pada ibu
hamil dapat menyebabkan kerusakan otak janin yang bersifat fatal. Penyakit
Rubella kongenital juga dapat menyebabkan defisit mental.
d.
Komplikasi kehamilan
Meliputi toksemia
gravidarum, Diabetes Mellitus pada ibu hamil yang tak terkontrol, malnutrisi,
anoksia janin akibat plasenta previa dan solutio plasenta serta penggunaan
sitostatika selama hamil.
2.
Penyebab perinatal
a.
Prematuritas
Dengan
kemajuan teknik obstetri dan kemajuan perinatologi menyebabkan
meningkatnya
keselamatan bayi dengan berat badan lahir rendah sedangkan
bayi-bayi
tersebut mempunyai resiko besar untuk mengalami kerusakan
otak,
sehingga akan didapatkan lebih banyak anak dengan retardasi mental.
b.
Asfiksia
Asfiksia
adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan
dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
c.
Kernikterus
Kernikterus
adalah sindrom neurologis akibat pengendapan bilirubin tak
terkonjugasi di dalam sel-sel otak.
d.
Hipoglikemia: menurunnya kadar gula
dalam darah.
e.
Meningitis
: peradangan membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang
f.
Hidrosefalus : penumpukan cairan di
dalam tengkorak, yang menyebabkan pembengkakan otak.
3.
Penyebab postnatal
g.
Infeksi (meningitis, ensefalitis)
h.
Trauma fisik
i.
Kejang lama
j.
Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
III.
Klasifikasi
Retardasi Mental
Berikut ini adalah klasifikasi retardasi mental berdasarkan PPDGJ III:
1.
F70
Retardasi Mental Ringan (IQ 55-69)
Mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya
sering tidak naik kelas, selalu memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan
rumah atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan pekerjaan rumah atau mengerjakan
hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi. 80 % dari anak RM termasuk
pada golongan ini. Dapat menempuh pendidikan Sekolah Dasar kelas VI hingga
tamat SMA. Ciri-cirinya tampak lamban dan membutuhkan bantuan tentang masalah
kehidupannya.
2.
F71
Retardasi Mental Sedang (IQ 35-49)
Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya
keterlambatan dalam perkembangan, misalnya perkembangan wicara atau
perkembangan fisik lainnya. Anak ini hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya
sendiri, pada umumnya tidak mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya, angka
kejadian sekitar 12% dari seluruh kasus RM. Anak pada golongan ini membutuhkan
pelayanan pendidikan yang khusus dan dukungan pelayanan.
3.
F72
Retardasi Mental Berat (IQ 20- 34)
Tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motorik yang buruk
dan kemampuan bicara yang sangat minim, anak ini hanya mampu untuk dilatih
belajar bicara dan keterampilan untuk pemeliharaan tubuh dasar, angka kejadian
8% dari seluruh RM. Memiliki lebih dari 1 gangguan organik yang menyebabkan
keterlambatannya, memerlukan supervisi yang ketat dan pelayanan khusus.
4.
F73
Retardasi Mental Sangat Berat (IQ < 20)
Sudah tampak sejak lahir yaitu gangguan kognitif,
motorik, dan komunikasi yang pervasif. Mengalami gangguan fungsi motorik dan
sensorik sejak awal masa kanak-kanak, individu pada tahap ini memerlukan
latihan yang ekstensif untuk melakukan self care yang sangat mendasar seperti
makan, BAB, BAK. Selain itu memerlukan supervisi total dan perawatan sepanjang
hidupnya, karena pada tahap ini pasien benar-benar tidak mampu mengurus dirinya
sendiri.
F78 Retardasi Mental lainnya
Kategori ini hanya dignakan bila penilaian dari tingkat
Retardasi Mental intelektual dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau
tidak mungkin dilakukan karena adanya hendaya sensorik atau fisik, seperti
buta, bisu tli, dan penyandang yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya
tidak mampu.
F79 Retardasi Mental YTT
Jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada
informasi yang cukup untuk meggolongkannya dalam salah satu kategori tersebut
diatas.
Termasuk : retardasi mental YTT, subnormalitas mental
YTT, oligofrenia YTT.
IV.
Diagnosis Retardasi
Mental
Diagnosis retardasi
mental tidak hanya didasarkan atas tes intelegensia saja, melainkan juga dari
riwayat penyakit, laporan dari orangtua, laporan dari sekolah, pemeriksaan
fisis, laboratorium, pemeriksaan penunjang. Yang perlu dinilai tidak hanya
intelegensia saja melainkan juga adaptasi sosialnya. Dari anamnesis dapat
diketahui beberapa faktor risiko terjadinya retardasi mental. Pemeriksaan fisis
pada anak retardasi mental biasanya lebih sulit dibandingkan pada anak normal,
karena anak retardasi mental kurang kooperatif. Selain pemeriksaan fisis secara
umum (adanya tanda-tanda dismorfik dari sindrom-sindrom tertentu) perlu
dilakukan pemeriksaan neurologis, serta penilaian tingkat perkembangan. Pada
pemeriksaan fisik pasien dengan retardasi mental dapat ditemukan berbagai macam
perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk kepala: mikrosefali,
hidrosefali, dan down syndrome. Wajah pasien dengan retardasi menral
sangan mudah dikenali seperti hipertelorisme, yaitu lidah yang menjulur keluar,
gangguan pertumbuhan gigi dan ekspresi wajah yang tampak tumpul.
Pada anak yang
berumur diatas 3 tahun dilakukan tes intelegensia. Namun, tingkat kecerdasan
intelegensia bukan satu-satunya karakteristik, melainkan harus dinilai
berdasarkan sejumlah besar ketrampilan spesifik yang berbeda. penilaian tingkat
kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk temuan
klinis, prilaku adaptif dan hasil tes psikometrik. Pemeriksaan Ultrasonografi
(USG) kepala dapat membantu menilai
adanya kalsifikasi serebral, perdarahan intra kranial pada bayi dengan
ubun-ubun masih terbuka. Pemeriksaan
laboratorium dilakuka atas indikasi, pemeriksaan ferriklorida dan asam amino
urine dapat dilakukan sebagai screening PKU. Pemeriksaan analisis kromosom
dilakukan bila dicurigai adanya kelainan kromosom yang mendasari retardasi
mental tersebut. Beberapa pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan untuk
membantu seperti pemeriksaan BERA, CT-Scan, dan MRI. Kesulitan yang dihadapi
adalah kalau penderita masih dibawah umur 2-3 tahun, karena kebanyakan tes
psikologis ditujukan pada anak yang lebih besar. Pada bayi dapat dinilai
perkembangan motorik halus maupun kasar, serta perkembangan bicara dan bahasa.
Biasanya penderita retardasi mental juga mengalami keterlambatan motor dan American Psychiatric
Association (APA) pada tahun 1994, mensyaratkan tiga diagnosis keterbelakangan
mental, yaitu:
a. Fungsi
intelektual secara signifikan dibawah rata-rata: IQ sekitar 70 atau kurang
menurut tes IQ yang diadakan secara individu.
b. Ketidakmampuan
atau kelemahan yang terjadi bersamaan dengan fungsi adaptasi saat ini (yakni
efektivitas seseorang dalam memenuhi standar yang diharapkan pada usianya
dengan kelompok budayanya) setidaknya dalam bidang berikut ini: yaitu
komunikasi, perhatian diri sendiri, kehidupan rumah tangga, keterampilan
sosial-interpersonal, penggunaan sumber dalam komunitas, self dierection,
keterampilan akademik fungsional, pekerjaan, waktu luang, kesehatan dan
keamanan.
c. Terjadi
sebelum berusia 18 tahun.
Tingkatan keterbelakangan mental menurut APA,
diklasifikasikan menjadi mild retardation (tingkat IQ 50 atau 55 sampai sekitar
70), moderate mental retardation (tingkat IQ 35 atau 40 sampai 50 atau 55),
severe mental retardation (tingkat IQ 20 atau 25 sampai 35 atau 40), dan
profound mental retardation (tingkat IQ dibawah 20 atau 25).
Dibawah ini sekilas tentang perubahan perilaku
terkait usia pada anak dengan keterbelakangan mental :
Keterbelakangan
Mental Ringan (IQ = 50 -70)
d. Anak
prasekolah (0 - 5 tahun): lebih lambat daripada rata-rata dalam berjalan, makan
sendiri, dan berbicara, namun pengamat sambil lalu tidak melihat
keterbelakangan ini.
e. Usia
sekolah (6 - 21 tahun): Belajar keterampilan motorik-pemahaman dan kognisi
(membaca dan arithmatic) di kelas tiga sampai kelas enam oleh remaja tahap ini,
dapat belajar untuk menyesuaikan diri secara sosial.
f. Dewasa
(21 tahun keatas): Biasanya mencapai keterampilan sosial dan kejuruan yang
diperlukan untuk merawat diri, membutuhkan bimbingan dan bantuan ketika berada
pada kondisi ekonomi sulit atau stress sosial.
Keterbelakangan Mental menengah (IQ = 35 - 49)
a. Anak
prasekolah (0 - 5 tahun): sebagian besar perkembangan kelihatan dengan jelas
terlambat.
b. Usia
sekolah (6 - 21 tahun): belajar berkomunikasi dan merawat kesehatan dasar dan
kebutuhan keamanan.
c. Dewasa
(21 tahun keatas): melakukan tugas tanpa keterampilan atau semi terampil
sederhana pada kondisi yang diawasi, berpartisipasi pada permainan sederhana
dan melakukan perjalanan sendiri di tempat yang dikenal, mampu merawat diri
sendiri.
Keterbelakangan Mental Berat (IQ = 20 - 34)
a. Anak
prasekolah (0 - 5 tahun): perkembangan motorik sangat tertunda, sedikit atau
tidak berbicara, mendapat mamfaat dari pelatihan mengerjakan sendiri (misalnya
makan sendiri).
b. Usia
sekolah (6 - 21 tahun): biasanya berjalan kecuali jika terdapat ketidakmampuan
motorik, dapat memahami dan merespon pembicaraan, dapat mengambil mamfaat dari
pelatihan mengenai kesehatan dan kebiasaan lain yang dapat diterima.
c. Dewasa
(21 tahun keatas): melakukan kegiatan rutin sehari-hari dan memperbesar
perawatan diri sendiri, memerlukan petunjuk dan pengawasan ketat dalam
lingkungan yang dapat dikendalikan.
Keterbelakangan Mental Sangat Berat (IQ dibawah 20)
a.
Anak prasekolah (0 - 5 tahun):
keterbelakangan ekstrem disemua bidang, kemampuan sensorik minimal, membutuhkan
bantuan perawatan diri.
b.
Usia sekolah (6 - 21 tahun): semua
bidang perkembangan tampak jelas tertunda, respon berupa emosi dasar dan
mendapatkan manfaat dari pelatihan dalam penggunaan anggota badan dan mulut,
harus diawasi dengan ketat.
c.
Dewasa (21 tahun keatas):
barangkali dapat berjalan dan berbicara dengan cara primitive, mendapatkan
mamfaat dari aktivitas fisik regular, tidak dapat merawat diri sendiri, tetapi
membutuhkan bantuan perawatan diri.
V.
Prognosis Retardasi Mental
Mengukur kecerdasan
dan perilaku adaptif dapat membantu klasifikasi dari kecenderungan
keterbelakangan dan dapat memprediksikan apakah individu tersebut dapat hidup
secara independen. Individu dengan keterbelakangan mental menengah (moderate
mental retardation) lebih sering ditemukan dapat mencapai seilf-sufficiency
dan mendapatkan hidup yang bahagia. Untuk mencapai tujuannya, mereka
membutuhkan lingkungan yang sesuai dan mendukung seperti pendidikan, komunitas,
lingkungan sosial, keluarga dan keterampilan yang konsisten. Harapannya lebih
kecil untuk individu yang menderita keterbelakangan mental sangat berat (profound
retardation). Individu dengan profound retardation membutuhkan
dukungan yang besar dan biasanya tidak bisa hidup secara independen atau di
rumah secara berkelompok.
Penelitian
menemukan bahwa mereka memiliki harapan hidup yang lebih kecil. Kecenderungan
dari keterbelakangan invidu cenderung menetap selama hidup. Misalkan seorang
anak didiagnosa memiliki keterbelakangan mental berat (severe) pada usia
5 tahun, maka ia akan memiliki diagnosa yang sama pada usia 21 tahun. Hal ini
mungkin tidak akan terlalu terlihat oleh keluarga mereka, dimana anak-anak
dengan keterbelakangan memiliki kemampuan yang mirip dengan rekan-rekan mereka,
namun akan nampak bahwa mereka akan semakin tertinggal dengan sejalannya usia
mereka.
- Peran Psikolog dalam Menangani Klien Retardasi Mental
Penanganan pada anak dengan retardasi mental didasarkan pada penilaian
akan kebutuhan sosial, pendidikan, lingkungan, kelainan psikiatrik dan
neurologis yang menyertai. Tujuan akhir dari penanganan ini adalah untuk
menciptakan tempat yang aman dan memungkinkan anak untuk berfungsi dan
mengembangkan potensinya secara optimal. Perlu ditegakkan diagnosa dini,
pendidikan untuk keluarga dan pendidikan luar biasa untuk anak tunagrahita.
Medis
1.
Pemeriksaan anak dan penilaian neuromotor, evaluasi
grafik pertumbuhan anak dan penilaian tentang adanya kelainan fisik minor dan
tanda lain, sindroma medis yang spesifik.
2.
Pemeriksaan pendengaran dan penglihatan, pemeriksaan
laboratorium.
3.
Analisa kromosom dilakukan terutama pada kasus
dengan kelainan fisik minor yang multiple
atau adanya kelainan bawaan. Bila ada kecurigaan melformasi otak, dilakukan
pemeriksaan neuradiologi.
4.
Pemeriksaan EEG dilakukan bila ada kecurigaan
kejang.
5.
Pada beberapa jenis, kondisi retardasi mental ini
dapat dicegah misalnya dengan imunisasi, skrining diikuti diit, diberi terapi
pengganti (pada hypotiroid).
6.
Obat yang dapat diberikan adalah obat-obat yang
mengatasi hiperaktivitas, gangguan tingkah laku (misalnya agresif, menyekiti
diri), kejang (epilepsi).
7.
Fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara.
Non Medis
Support dari keluarga, pendidikan, dibutuhkan
pula intervensi dini dan program pendidikan khusus. Usia 3-21 tahun, sekolah
bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan edukasi yang sesuai untuk anak
tunagrahita, dengan mengacu pada program pendidikan individual. Usia sekolah
dengan tunagrahita ringan dengan komprehensif cukup dan tidak disertai kelainan
tingkah laku dapat masuk ke prasekolah biasa dan mendapat terapi bicara. Untuk
anak dengan atensi dan konsentrasi terbatas, perlu guru khusus yang menggunakan
teknik memfokuskan atensi untuik meningkatkan proses belajar. Pada retardasi
mental berat dengan gangguan komunikasi yang berat perlu kelas dengan
perbandingan guru dan murid yang rendah, memahami tentang intervensi murid
dengan pembelajaran nonverbal dan gangguan komunikasi sosial.
Penanganan terhadap penderita retardasi
mental bukan hanya tertuju pada penderita saja, melainkan juga pada orang
tuanya. Mengapa demikian? Siapapun orangnya pasti memiliki beban psiko-sosial
yang tidak ringan jika anaknya menderita retardasi mental, apalagi jika masuk
kategori yang berat dan sangat berat. Oleh karena itu agar orang tua dapat
berperan secara baik dan benar maka mereka perlu memiliki kesiapan psikologis
dan teknis. Untuk itulah maka mereka perlu mendapatkan layanan konseling.
Konseling dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan agar orang tua
penderita mampu mengatasi bebab psiko-sosial pada dirinya terlebih dahulu.
Pencegahan retardasi mental tergantung pada
pemahaman terhadap berbagai penyebabnya. Bidang genetika medis belum mampu
mencegah penyebab genetik yang lebih parah dalam retardasi mental, namun
kemajuan yang menakjubkan dalam ilmu genetika dapat mengubah situasi ini dalam
waktu yang tidak terlalu lama. Bila penyebab retardasi tidak diketahui, maka
pencegahan tidak mungkin dilakukan. Namun, penanganan untuk meningkatkan
kemampuan orang yang bersangkutan untuk hidup mandiri dapat menjadi pilihan.
Bila lingkungan miskin menjadi sumber retardasi
ringan, program-program pengayaan, seperti Head Start, dapat mencegah semakin
buruknya kelemahan yang dialami dan kadang dapat mengatasi kelemahan yang sudah
terjadi.
a.
Penanganan Residensial. Sejak tahun 1960-an, sebagian besar orang yang
mengalami retardasi dapat menguasai kompetensi yang dibutuhkan untuk berfungsi
secara efektif di masyarakat. Trend yang berlaku adalah memberikan pelayanan
pendidikan dan layanan masyarakat bagi para individu tersebut dan bukan
perawatan yang sangat bersifat pengawasan seperti di rumah-rumah sakit jiwa
besar. Sejak tahun 1975, individu yang mengalami retardasi mental berhak untuk
mendapatkan penanganan yang sesuai dalam lingkungan dengan batasan yang sangat
minimal. Anak-anak yang mengalami retardasi mental dapat tinggal di rumah atau
di rumah-rumah perawatann yang dilengkapi dengan layanan pendidikan dan
psikologis. Hanya orang-orang yang mengalami retardasi mental berat dan sangat
berat serta memiliki cacat fisik yang cenderung tetap tinggal di berbagai
institusi mental (Cunningham & Mueller, 1991).
b.
Intervensi Behavioral Berbasis Pengkondisian Operant. Program ini
dikembangkan untuk meningkatkan tingkat fungsi para individu dengan retardasi
berat. Beberapa proyek pelopor telah melakukan intervensi pada anak-anak dengan
sindroma Down semasa bayi dan kanak-kanak awal sebagi upaya meningkatkan fungsi
mereka. Program-program tersebut umumnya mencakup instruksi sistematis yang
dilakukan di rumah dan pusat penanganan terkait perkembangan sosial. Ditetapkan
berbagia sasarann behavioral spesifik; dan dalam mode operant, anak-anak
diajari berbagai keterampilan selangkah demi selangkah dan berurutan ( a,l.,
Clunies-Ross, 1979; Reid, Wilson, & Faw, 1991 ).
Anak-anak dengan retardasi mental berat biasanya membutuhkan instruksi intensif agar mampu makan, menggunakan toilet, dan berpakaian sendiri. Prinsip-prinsip pengkondisian operant kemudian diterapkan untuk mengajarkan berbagai komponen aktivitas makan tersebut kepada si anak. Contohnya, si anak dapat diberi penguat untuk terus-menerus mencoba mengambil sendok sampai ia mampu melakukannya. Pendekatan operant kadang disebut analisis perilaku terapan, juga digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak pada tempatnya dan perilaku mencederai diri sendiri. Gerakan maladaptif dan tindakan mencederai diri tersebut sering kali dapat dikurangi dengan memberi penguat pada respons-respons pengganti.
Anak-anak dengan retardasi mental berat biasanya membutuhkan instruksi intensif agar mampu makan, menggunakan toilet, dan berpakaian sendiri. Prinsip-prinsip pengkondisian operant kemudian diterapkan untuk mengajarkan berbagai komponen aktivitas makan tersebut kepada si anak. Contohnya, si anak dapat diberi penguat untuk terus-menerus mencoba mengambil sendok sampai ia mampu melakukannya. Pendekatan operant kadang disebut analisis perilaku terapan, juga digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak pada tempatnya dan perilaku mencederai diri sendiri. Gerakan maladaptif dan tindakan mencederai diri tersebut sering kali dapat dikurangi dengan memberi penguat pada respons-respons pengganti.
c.
Intervensi Kognitif. Banyak anak yang mengalami retardasi mental tidak
mampu menggunakan berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah, dan bila mereka
memiliki strategi, mereka sering kali tidak menerapkannya secara efektif.
Latihan Instruksional Diri mengajari anak-anak tersebut untuk memandu upaya
penyelesaian masalah mereka melalui kata-kata yang diucapkan. Meichenbaum dan Goodman ( 1971 ) merinci
prosedur lima langkah:
1.
Guru melakukan tugas terkait, mengucapkan instruksi dengan keras kepada
dirinya sendiri sementara si anak mengamati dan mendengarkannya.
2.
Anak mendengarkannya dan melakukan tugas tersebut sementara guru mengucapkan
instruksinya kepada si anak.
3.
Si anak mengulang tugas tersebut seraya mengucapkan instruksi kepada
dirinya sendiri dengan keras.
4.
Si anak mengulang kembali tugas tersebut seraya membisikkan instruksinya
kepada dirinya sendiri.
5.
Anak siap melakukan tugas tersebut seraya memberikan instruksi tanpa
bersuara kepada diri sendiri.
Anak-anak yang mengalami retardasi mental berat
menggunakan berbagai tanda alih-alih bicara untuk memandu dirinya melakukan
tugas terkait. Latihan instruksional diri telah digunakan untuk mengajarkan
pengendalian diri dan cara memusatkan perhatian serta cara menguasai berbagai
tugas akademik kepada anak-anak yang mengalami retardasi. Anak-anak dengan
retardasi berat dapat secara efektif menguasai keterampilan mengurus diri sendiri
melalui teknik ini.
d.
Instruksi dengan Bantuan Komputer. Instruksi dengan bantuan computer semakin sering digunakan di seluruh
lokasi semua jenis pendidikan. Instruksi ini sangat cocok diterapkan dalam pendidikan bagi individu yang
mengalami retardasi mental. Komponen visual dan auditori dalam komputer
mempertahankan konsentrasi para siswa yang sulit berkonsentrasi, tingkat materi
dapat disesuaikan dengan individu sehingga memastikan keberhasilan
pembelajaran, dan komputer dapat memenuhi kebutuhan akan banyaknya pengulangan
materi tanpa menjadi bosan atau tidak sabar seperti yang dapat terjadi pada
guru. Program instruksi dengan bantuan computer telah terbukti lebih baik dari
berbagai metode tradisional untuk mengajarkan cara mengeja, menggunakan uang,
aritmetika, membaca teks, pengenalan kata, menulis, dan diskriminasi visual
kepada orang-orang yang mengalami retardasi mental ( Corners, Caruso, &
Detterman, 1986 ).
DAFTAR PUSTAKA
d. http://www.psycholovegy.com/2012/08/definisi-dan-penyebab-retardasi-mental.html (Diakses pada tanggal
6 Oktober 2013)
e. The Gale Group. Gale Encyclopedia of
Medicine, 3rd ed.
f. (http://psychologynews.info/gangguan-psikolgi/keterbelakangan-mental-2/) Diakses pada tanggal 8 Oktober 2013 pk. 08.39
g. Jevuska. 2007. Retardasi Mental. (http://www.jevuska.com/2007/01/19/retardasi-) Diakses pada tanggal 8 Oktober 2013 pk.
08.42
h. Intellectual Disability (Mental Retardation)
Description. (http://www.medicalhomeportal.org/diagnoses-and-conditions/intellectual-disability/description) Diakses pada tanggal 8 Oktober 2013 pk.
09.02
i.
Davidson Gerald C. Neille, ANN M. Kring. (2004) Psikologi abnormal. Edisi
ke-9, Rajawali Press.
Welcome to Jammy Bingo - Promotions - JtmHub
BalasHapusJoin 경기도 출장샵 the Jammy Bingo Club today for a great signup bonus, fast cashouts, 동두천 출장샵 and 남양주 출장마사지 access to the best games and 파주 출장샵 promotions available to players across 광명 출장샵 all